Wednesday, October 7, 2015

UJI OPERASIONAL JARING BAGAN LAYANG UNTUK UMPAN HIDUP PADA PANCING ULUR (HAND LINE) TUNA



Pada Bulan Agustus 2015 Tim Teknis BBPI Semarang melaksanakan kegiatan uji operasional jaring bagan layangdengan sasaran utama ikan layang menggunakan mata jaring berukuran 1.5” , tim terdiri atas Zainal Wassahua, S.Pi, M.Si , Bernadetta Candra P. , S.Pi, M.Si,Dr. Suparman Sasmita, M.Si , Tugimin dan Achmad Djunaidi. Lokasi yang diambil untuk kegiatan uji operasional ini berada di Kota Masohi, Kab. Maluku Tengah - Provinsi Maluku.

Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam kelompok jaring angkat (liftnet). Penggunaan jaring angkat sudah banyak digunakan Nelayan di Indonesia, ditempatkan pada beberapa kapal dan kadang-kadang dioperasikan oleh beberapa kelompok nelayan. Alat tangkap ini dioperasikan denganmenggunakan atraktor cahaya dan menggunakan rangka persegi untuk menopang jaring dan bangunan di atas nya (Sainsbury, 1996). Di Indonesia, terdapat beberapa jenis bagan yang biasa dioperasikan oleh nelayan yaitu bagan apung, bagan tancap dan bagan rakit/bagan perahu. Bagan, khususnya bagan apung merupakan salah satu alat tangkap utama untuk menangkap ikan pelagis. Di Kota Masohi Jenis bagan yang dioperasikan oleh nelayan adalah jenis Bagan Perahu dengan ukuran rata – rata panjang 25 M dan Lebar 25 M dan ditengah nya terdapat badan prahu (kapal) yang berfungsi sebagai penyangga. Bagan Prahu di Kota Masohi beroperasi di sekitar atau dekat dengan pantai tersebar hampir di sepanjang pesisir untuk menangkap ikan teri, sedangkan untuk menangkap ikan layang bagan dioperasikan pada perairan dengan kedalaman 200 M.

Produksi hasil tangkapan bagan relatif stabil karena musim ikan hampir pasti setiap tahun nya, silih berganti dan jumlah sumber daya ikan nya juga terbilang melimpah dikarenakan jumlah perahu bagan juga tidak terlalu banyak dibandingkan dengan daerah lain. Ada sekitar ± 25 perahubagan apung di wilayah perairan Kab. Masohi. Adapun musim ikan yang ada diantaranya Bulan Maret – Mei musim ikan tembang(Sardinella fimbriata), Juni - Agustus musim ikan Layang (Detapterus sp.)dan ayam-ayam (Aluterus monoceros)kemudian bulan September – Desember musim ikan teri (Stolephorus spp.)selain itu tertangkap jugaikan demersal sepertilayur (Trichiurus spp.), cumi-cumi (Loligo spp.) namun jumlahnya tidak dominan. Terdapat 7 spesies ikan yang tertangkap pada saat pelaksanaan uji operasional. Namun bukan hasil tangkapan utama yang melatar belakangi kegiatan uji operasional ini akan tetapi selektiftas hasil tangkapanlah yang ingin ditekankan. Ada perbedaan yang sangat signifikan ketika penggunaan jaring dengan mata jaring berukuran 1.5” dibandingan jaring nelayan yang rata-rata berukuran mata jaring antara 0.3 – 0.5 cm, ini bertentangan dengan peraturan pemerintah tentang batas minimum mesize mata jaring yaitu 1”. yang begitu terasa adalah tenaga yang digunakan terbilang ringan dikarenakan air yang berada didalam jaring langsung keluar melalui sela-sela mata jaring, selain itu Ikan yang tertangkap merupakan jenis jenis ikan pelagis kecil seperti layang dan ayam - ayamyang sudah berukuran besar dan matang gonat, walaupun Ikan-ikan berukuran kecil akan lebih cepat tertarik mendekati pusat cahaya pada awal penyinaran. Namun pada saat pengangkatan jaring ikan-ikan kecil tersebut bisa lolos dikarenakan mata jaring yang berukuran besar. hasil tangkapan rata-rata untuk ikan layang berat antara 60 – 90 gram dengan panjang antara 15 – 22 cm

Dari kegiatan  uji operasional ini diharapkan selektifitas yang  dilakukan melalui pembatasan ukuran mata jaringdapat diterapkan sehingga alat penangkapan yang digunakan bersifat legal. Dengan memperhatikan target tangkapan ikan utama, musim dan waktu operasijaring dengan mesize 1.5” inibisa melepaskan ikan pada ukuran tertentu untuk menjaga kelangsungan dan pemulihan (recruitment) sumber daya ikan terutama ikan layang (Detapterus pusailus).karena Size Minimal Ikan yang tertangkap pada tingkat kematangan dan pertumbuhan.

No comments:

Post a Comment