Thursday, August 4, 2016

kapal pole end line

2.1 Pole and Line
2.1.1 Deskripsi
Huhate (pole and line) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang dapat diklasifikasikan sebagai alat pancing yang biasanya khusus dipakai dalam penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Alat tersebut digunakan secara perorangan, sehingga salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan adalah keterampilan individu awak kapal, dan masalah-masalah lainnya, seperti tersedianya umpan hidup dan kepadatan gerombolan ikan cakalang pada daerah penangkapan ikan. Hasil tangkapan berupa ikan-ikan pelagis, terutama ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) walaupun ada ikan tuna yang tertangkap. Pole and line disebut juga “pancing gandar” karena pancing ini menggunakan gandar, walesan, joran atau tangkal (rod or pole). Jadi, semua pancing yang menggunakan gandar sebenarnya adalah pole and line. Pada pengoperasiannya, alat ini dilengkapi dengan umpan, baik umpan benar (true bait) dalam bentuk mati atau hidup maupun umpan tipuan (imitasi).
Pole and line sebagai alat tangkap ikan permukaan (pelagis) yang hidup bergerombol perlu dipertahankan. Hal ini dikarenakan tertangkapnya ikan dengan alat tangkap tersebut satu persatu sehingga alat tangkap tersebut termasuk selektif, dengan demikian sumber daya alam dapat terjamin kelestariannya (Sriawan, 2002).
Menurut Direkorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan (2009),  berdasarkan Statistik Indonesia alat tangkap huhate termasuk dalam kelompok pancing. Alat tangkap ini disebut juga pancing “gandar” karena menggunakan gandar “walesan” atau “joran” atau tangkin. Sedangkan berdasarkan FAO, penggolongan alat tangkap ikan menurut (Nedelec, 1996); dalam International Standart Statistical Classification On Fishing Gear (ISSCFG) Pole and Line termasuk dalam kelompok alat tangkap pancing berjoran biasa.
2.1.2 Bagian Pole and Line
a. Bahan
Pole atau tangkai pancing dibuat dari bambu yang ruas-ruasnya banyak sehingga banyak buku-buku yang memperkuatnya atau dibuat dari fibre glass. Line atau tali pancing yang dibuat dari nylon multifilament biasanya panjangnya 2/3 dari pada panjang tangkai pancing. Hookless atau mata pancing terdiri dari timah pemberat, pembungkus, bulu ayam, dan mata pancing yang tidak berkait balik (Monintja, 1968). 
Secara lebih detail akan dijelaskan tiap bagian seperti berikut ini :
<![if !supportLists]>1)        <![endif]>Joran/ Galah/ Tangkai Pancing
Bagian ini terbuat dari bambu yang cukup tua dan mempunyai tingkat elastisitas yang baik. Yang umum digunakan adalah bambu yang berwarna kuning. Sebagaimana telah banyak digunakan joran dari bahan sintesis seperti plastik atau fibre glass.
<![if !supportLists]>2)        <![endif]>Tali pancing
Tali pancing yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu:
<![if !supportLists]>a)      <![endif]>Tali kepala (tali sekunder), adalah tali yang berada dibagian paling atas yang langsung berhubungan dengan tali utama dengan menggunakan simpul mata, terbuat dari bahan serat berupa nylon atau dari bahan tenggelam seperti kawat baja (wire leader).
<![if !supportLists]>b)      <![endif]>Tali utama (main line), terbuat dari bahan serat berupa sintesis polyethylene  atau  dari polyamide berupa nylon dan pada ujungnya dibuat simpul mata. Tali pengikat, adalah tali yang berhubungan langsung dengan mata pancing, terbuat dari nylon dan pada bagian ujungnya yang berhubungan dengan tali utama dibuat simpul utama.
<![if !supportLists]>3)        <![endif]>Mata Pancing
Mata pancing (hook) yang tidak berkait balik. Pada bagian atas mata pancing terdapat pemberat yang terbuat dari bahan tenggelam, yaitu timah berbentuk silinder dan dilapisi nikel sehingga berwarna mengkilap dan menarik perhatian ikan cangkalang. Selain itu, pada sisi luar silinder terdapat cincin sebagai tempat mengikat tali sekunder. Di bagian mata pancing dilapisi dengan guntingan tali rapia berwarna merah yang membungkus rumbia-rumbia tali merah yang juga berwarna sebagai umpan tiruan. Pemilihan warna merah ini disesuaikan dengan warna ikan umpan yang juga berwarna merah sehingga menyerupai ikan umpan.
b. Fungsi
            Secara umum, fungsi alat ini adalah untuk memancing ikan. Namun,  fungsi masing-masing dari alat tangkap ini adalah sebagai berikut :
<![if !supportLists]>1)        <![endif]>Joran/ Gandar Pancing berfungsi sebagai tangkai yang dipegang oleh pemancing dan untuk mengikat tali sekunder.
<![if !supportLists]>2)        <![endif]>Tali pancing
<![if !supportLists]>a)    <![endif]>Tali Sekunder berfungsi sebagai pengikat dan penguat tali utama agar tidak putus jika mendapat beban yang cukup berat.
<![if !supportLists]>b)   <![endif]>Tali Utama berfungsi sebagai tali pengikat mata pancing yang panjangnya disesuaikan dengan panjang joran.
<![if !supportLists]>3)        <![endif]>Mata Pancing berfungsi sebagai alat untuk mengait ikan yang bersifat ‘sementara’ dengan rumbai-rumbai yang berfungsi untuk menarik perhatian ikan untuk terkait oleh pancing.
c. Dimensi
<![if !supportLists]>1)        <![endif]>Joran/Galah/Tangkai Pancing
<![if !supportLists]>a)    <![endif]>Diameter            :
<![if !supportLists]>·      <![endif]>Diameter Pangkal   : 3-4 cm
<![if !supportLists]>·      <![endif]>Diameter Unjuk      : 1-1,5 cm
<![if !supportLists]>b)   <![endif]>Panjang  : 2-3,5 m
<![if !supportLists]>2)        <![endif]>Tali pancing
<![if !supportLists]>a.    <![endif]>Tali Sekunder
<![if !supportLists]>·      <![endif]>Diameter     : 1,2 mm
<![if !supportLists]>·      <![endif]>Panjang       : 5-10 cm
<![if !supportLists]>b.    <![endif]>Tali Utama
<![if !supportLists]>·      <![endif]>Diameter     : 0,2-0,5 cm
<![if !supportLists]>·      <![endif]>Panjang       : 1,5-2 m
<![if !supportLists]>3)        <![endif]>Mata Pancing
<![if !supportLists]>a)    <![endif]>Nomor mata pancing     : 2,5-2,8
<![if !supportLists]>b)   <![endif]>Timah
<![if !supportLists]>·      <![endif]>Panjang       : 2 cm
<![if !supportLists]>·      <![endif]>Diameter     : 8 mm
2.1.3 Konstruksi
Monintja (1968) mengatakan bahwa pada prinsipnya alat tangkap pole and line terdiri dari tiga bagian yakni: tangkai pancing (pole), tali pancing (line) dan mata pancing (hookless).
<![if !vml]><![endif]>Sebagai penangkap ikan alat ini sangat sederhana desainnya, hanya terdiri dari joran, tali, dan mata pancing. Tetapi sesungguhnya cukup kompleks karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan (Nedeelec, 1976).
Gambar 1. Sketsa Konstruksi Pole and Line (Sumber: Google)
Secara umum alat tangkap pole and line terdiri dari joran (bambu atau lainnya) untuk tangkai pancing, polyethylene untuk tali pancing dan mata pancing yang tidak berkait terbalik (Dinas Perikanan Jawa Barat, 2008). Deskripsi alat tangkap pole and line ini adalah sebagai berikut:
<![if !supportLists]>a.    <![endif]>Joran atau galah, bagian ini terbuat dari bahan bambu yang cukup tua dan memiliki tingkat elastisitas yang tinggi atau baik, pada umumnya digunakan bambu yang berwarna kuning atau fibre glass.
<![if !supportLists]>b.    <![endif]>Tali sekunder, dari bahan kawat baja (wire leader). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terputusnya tali utama dengan mata pancing sebagai akibat dari gigitan ikan.
<![if !supportLists]>c.    <![endif]>Tali utama (main line), terbuat dari bahan sintetis polyethylene (PE) monofilament atau multifilament yang disesuaikan dengan panjang joran yang digunakan, cara pemancingan, tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan air.
<![if !supportLists]>d.   <![endif]>Mata pancing (hook) dimana ujungnya tidak berkait balik. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk silinder dan dilapisi nikel sehingga berwarna mengkilap sebagai daya tarik atau menarik perhatian ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). pada pangkal tali silinder terdapat kili-kili (swivel) sebagai mengikat untuk menghindari kekusutan pada tali. Di bagian mata pancing potongan dari tali-tali rafia berwarna merah yang membungkus rumbai -rumbai tali merah juga berwarna dalam hal ini sebagai umpan tiruan. Pemilihan warna merah ini disesuaikan dengan warna ikan umpan yang berwarna merah perak sehingga menyerupai umpan hidup yang digunakan.
2.2 Kapal Pole and Line
2.2.1 Deskripsi
Kapal pole and line umumnya telah dikenal oleh para nelayan sebagai kapal huhate karena dilengkapi dengan bak umpan hidup (life baittank), sistem percikan air (spray water), Huhate (pole and line) dan Palkah ikan (fish hold), namun penggunaan kapal tersebut oleh para nelayan masih secara tradisional, baik dari bentuk serta ukurannya masih belum sempurna, oleh karena rancang bangun kapal tersebut tanpa didukung dengan rancangan/desain yang tepat.
Kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk stream line dan mampu berolah gerak, lincah, dan tergolong kapal yang mempunyai speed service yaitu di atas 10 knot dengan stabilitas yang baik untuk mengejar gerombolan ikan, yakni kapal tersebut sambil olah gerak menangkap ikan, (Direktorat Jenderal Perikanan, 1994).
Kapal huhate pada dasarnya digunakan untuk menangkap ikan tuna dan cakalang. Pada saat pelaksanaan penangkapan ikan nelayan atau awak kapal berada di lambung kapal atau para-para. Khusus dilambung kapal dan memancing ikan dengan menggunakan alat penangkap pole and line serta bersamaan dengan adanya sistem penyemprotan air sambil menaikkan ikan jika ikan terkait pada pancing hal ini merupakan ciri khas dari kapal huhate. Kapal huhate biasa digunakan untuk menangkap atau memancing ikan cakalang yang terpikat dengan umpan hidup serta semprotan air, oleh karena itu kapal huhate harus dilengkapi dengan bak atau Palkahh penampung umpan hidup dan dibantu dengan sirkulasi air dan dilengkapai dengan motor yang membantu untuk mengalirkan air sprayer atau semprotan air yang fungsinya adalah untuk mengelabui gerombolan ikan cakalang pada saat penangkapan (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 1994)
2.2.2 Bagian Kapal
a. Jenis
Menurut Malangjoedo (1978) letak dan kayanya fishing ground yang akan dijadikan daerah operasi penangkapan akan menentukan pula jenis dan ukuran kapal yang akan dipergunakan. Selanjutnya dikatakan bahwa ada tiga ukuran kapal pole and line yakni:
<![if !supportLists]>1)      <![endif]>Kapal ukuran kecil yakni 7 – 15 GT, jarak operasinya kurang dari 30 mil dan tanpa pengawetan.
<![if !supportLists]>2)      <![endif]>Kapal ukuran sedang yakni 15 – 50 GT, jarak operasinya 30 – 50 mil dengan pengawetan es dan lama operasinya kurang dari 5 hari.
<![if !supportLists]>3)      <![endif]>Kapal ukuran besar yakni 100 GT ke atas, lama operasinya bisa sampai 40 hari atau lebih.
Menurut Ben-Yami, FAO, (1980) dalam perkembangannya huhate dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kategori yaitu:
<![if !supportLists]>1)      <![endif]>Huhate (Skipjack Pole and line) Industri
Dalam operasi penangkapan mengunakan kapal lebih dari 100 GT, bahan terbuat dari besi dengan dilengkapi Palkah pendingin (freezer).
<![if !supportLists]>2)      <![endif]>Huhate (Skipjack Pole and line) Skala Besar
Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal mulai dari 10 s/d 100 GT, kebanyakan kapal terbuat dari kayu atau fibreglass.
<![if !supportLists]>3)      <![endif]>Huhate (Skipjack Pole and line) Skala Kecil
Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal kecil dari 5 GT yang terbuat dari kayu atau fibreglass.
b. Fungsi
Bentuk kapal pole and line memiliki beberapa kekhususan antara lain :
<![if !supportLists]>1)        <![endif]>Bagian atas dek kapal bagian depan (haluan) terdapat plataran (flat form) yang digunakan sebagai tempat memancing.
<![if !supportLists]>2)        <![endif]>Dalam kapal terdapat palkah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan es, penyimpanan umpan hidup dan penyimpanan ikan hasil tangkapan.
<![if !supportLists]>3)        <![endif]>Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air (water splinkers system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa yang berfungsi untuk menyemprotkan air saat memancing yang disemprotkan setelah dengan penebaran umpan hidup agar mengelabui pandangan ikan.
c. Dimensi
<![if !supportLists]>·         <![endif]>Panjang keseluruhan (Loa)      : 17,00 meter
<![if !supportLists]>·         <![endif]>Lebar (Bmld)                          : 4,25 meter
<![if !supportLists]>·         <![endif]>Tinggi base Line Dek              : 1,60 meter
<![if !supportLists]>·         <![endif]>Tinggi base Line Bulk Boerk  : 2,20 meter
<![if !supportLists]>·         <![endif]>Mesin Induk                            : Dai – dong 120 HP
<![if !supportLists]>·         <![endif]>Kapasitas BBM                       : 200 Liter
<![if !supportLists]>·         <![endif]>Anak Buah Kapal                   : 15 Orang
<![if !supportLists]>·         <![endif]>Kecepatan Rencana                : 12 Knot
Ayodhyoa (1972) mengemukakan bahwa kapal ikan mempunyai jenis dan bentuk yang beraneka ragam, dikarenakan tujuan usaha keadaan perairan dan lain sebagainya, yang dengan demikian bentuk usaha itu akan menentukan bentuk dari kapal ikan. Ukuran utama kapal terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B), tinggi kapal (D), dan draft (d). Besar kecilnya ukuran utama kapal berpengaruh pada kemampuan (ability) suatu kapal dalam melakukan pelayaran atau operasi penangkapan, dimana:
<![if !supportLists]>1)        <![endif]>Nilai L (panjang), erat hubungannya dengan interior arrangement, seperti letak kamar mesin, tangki bahan bakar, tangki air tawar, Palkah, kamar ABK, perlengkapan alat tangkap dan peralatan lainnya.
<![if !supportLists]>2)        <![endif]>Nilai B (lebar), berhubungan dengan stabilitas dan daya dorong kapal.
<![if !supportLists]>3)        <![endif]>Nilai D (dalam/tinggi), berhubungan erat dengan tempat penyimpanan barang dan stabilitas kapal.
<![if !vml]><![endif]>2.2.3 Konstruksi
Gambar 2. Sketsa Konstruksi Kapal Pole and Line (Sumber : Google)
<![if !vml]><![endif]>
Gambar 3. Konstruksi Kapal Tampak Samping dan Bawah
(Sumber : < http://artabumipersada.wordpress.com/model-design/pole-and-line/> [11/10/2014])
<![if !vml]><![endif]>
Gambar 4. Konstruksi Kapal Tampak Atas
(Sumber : < http://artabumipersada.wordpress.com/model-design/pole-and-line/> [11/10/2014])
Terdiri dari ruang kemudi kapal, ruang mesin, ruang tempat tidur ABK, Palkah umpan hidup, ruang dapur, Palkah untuk menyimpan hasil tangkapan, dan Palkah tempat penyimpanan es.
Palkah umpan hidup harus mempunyai sistem sirkulasi air yang baik agar umpan dapat tetap hidup dalam jangka waktu yang lama dengan mortalitas yang sedikit. Palkah umpan hidup diberi lubang sebanyak 18 buah yang terdiri dari 6 lubang samping atas, 12 lubang pada bagian bawah untuk saluran pengeluaran air, serta 2 buah untuk saluran pemasukan air. Pada lubang pemasukan air dilengkapi dengan belahan bambu untuk memperlancar masuknya air. Jika kita perhatikan konstruksi Palkah umpan hidup, maka terdapat kelemahan dalam mempertahankan sirkulasi air. Kelemahannya ialah kapal harus tetap dijalankan terus agar umpan bisa tetap bertahan hidup.
Kapal pole and line mempunyai jam operasi yang lama, sehingga dilengkapi dengan tempat penampungan ikan hasil tangkapan dan tempat penyimpanan es balok. Tempat penampungan ini pada umumnya berjumlah satu buah dengan kapasitas maksimum 6 ton. Tempat penampungan tersebut terbuat dari papan berbentuk empat persegi panjang, terletak pada bagian depan ruang kemudi, sedangkan untuk penyimpanan es balok terbuat dari plat logam besi yang berbentuk empat persegi panjang dan terletak pada bagian depan haluan dekat tiang kapal, kapasitas maksimum tempat penyimpanan es ialah sekitar 300 kg.
2.3 Alat Bantu Penangkapan
Kapal pole and line memilki alat bantu penangkapan dalam operasi penangkapan ikan cakalang antara lain ;
a) Pila-Pila
Pila-pila digunakan sebagai tempat para pemancing (awak kapal) yang letaknya pada lambung, haluan dan buritan kapal.
b) Pipa Penyemprot Air
Pipa penyemprot digunakan untuk menyemprot air ke permukaan air di sekitar kapal dengan posisi pada gerombolan ikan. Tujuan dari penyemprotan air tersebut adalah untuk mengelabui ikan-ikan yang berada di permukaan air yang terdapat gerombolan ikan di dekat kapal. Pipa penyemprot ditempatkan di sepanjang pila-pila atau sekeliling lambung kapal, bahan yang digunakan pila pila dari bahan paralon atau dari pipa besi pada ujungnya dipasang kran, dengan diameter pipa 3,5 inchi. Tekanan penyemprotan air tersebut dilengkapi dengan pompa air (water pump).
c) Bak umpan
Untuk mempertahankan ikan umpan tetap hidup saat digunakan, maka memerlukan tempat atau bak. Pada bak umpan tersebut dilengkapi dengan lampu penerangan dengan masing-masing bak 50 watt. Fungsi dari lampu penerangan tersebut adalah ikan-ikan sebagai umpan dapat berkelompok atau bergerombol dan tidak berenang secara liar, akibat dari tidak diberikan lampu tersebut antar ikan-ikan sering bergerak secara tidak menentu, maka ikan saling bertubrukan yang akan membuat ikan umpan tersebut rusak akhirnya liar tidak dapat digunakan pada saat operasi penangkapan ikan atau waktu pemancingan.