2.1
Pole and Line
2.1.1 Deskripsi
Huhate
(pole and line) merupakan salah satu
jenis alat penangkap ikan yang dapat diklasifikasikan sebagai alat pancing yang
biasanya khusus dipakai dalam penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).
Alat tersebut digunakan secara perorangan, sehingga salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan adalah keterampilan individu awak
kapal, dan masalah-masalah lainnya,
seperti tersedianya umpan hidup dan
kepadatan gerombolan ikan cakalang pada daerah penangkapan ikan. Hasil tangkapan
berupa ikan-ikan pelagis, terutama ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
walaupun ada ikan tuna yang tertangkap. Pole and line disebut juga “pancing
gandar” karena pancing ini menggunakan gandar, walesan, joran atau tangkal (rod or pole). Jadi, semua pancing yang
menggunakan gandar sebenarnya adalah pole
and line. Pada pengoperasiannya, alat ini dilengkapi dengan umpan, baik umpan benar (true bait) dalam bentuk mati atau hidup
maupun umpan tipuan (imitasi).
Pole and line sebagai alat
tangkap ikan permukaan (pelagis) yang hidup bergerombol perlu dipertahankan.
Hal ini dikarenakan tertangkapnya ikan dengan alat tangkap tersebut satu
persatu sehingga alat tangkap tersebut termasuk selektif, dengan demikian sumber
daya alam dapat terjamin kelestariannya (Sriawan, 2002).
Menurut Direkorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap
Ikan (2009), berdasarkan Statistik Indonesia alat tangkap huhate termasuk
dalam kelompok pancing. Alat tangkap ini disebut juga pancing “gandar” karena
menggunakan gandar “walesan” atau “joran” atau tangkin. Sedangkan berdasarkan
FAO, penggolongan alat tangkap ikan menurut (Nedelec, 1996); dalam
International Standart Statistical Classification On Fishing Gear (ISSCFG) Pole
and Line termasuk dalam kelompok alat tangkap pancing berjoran biasa.
2.1.2
Bagian Pole and Line
a. Bahan
Pole
atau tangkai pancing dibuat dari bambu yang
ruas-ruasnya banyak sehingga banyak buku-buku yang memperkuatnya atau dibuat
dari fibre glass. Line atau tali
pancing yang dibuat dari nylon
multifilament biasanya panjangnya 2/3 dari pada panjang tangkai pancing. Hookless atau mata pancing terdiri dari
timah pemberat, pembungkus, bulu ayam, dan mata pancing yang tidak berkait
balik (Monintja, 1968).
Secara lebih
detail akan dijelaskan tiap bagian seperti berikut ini :
<![if !supportLists]>1)
<![endif]>Joran/ Galah/ Tangkai
Pancing
Bagian ini terbuat dari bambu yang cukup
tua dan mempunyai tingkat elastisitas yang baik. Yang umum digunakan adalah
bambu yang berwarna kuning. Sebagaimana telah banyak digunakan joran dari bahan
sintesis seperti plastik atau fibre glass.
<![if !supportLists]>2)
<![endif]>Tali pancing
Tali pancing
yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu:
<![if !supportLists]>a)
<![endif]>Tali kepala (tali
sekunder), adalah tali yang berada dibagian paling atas yang langsung
berhubungan dengan tali utama dengan menggunakan simpul mata, terbuat dari bahan
serat berupa nylon atau dari bahan tenggelam seperti kawat baja (wire leader).
<![if !supportLists]>b) <![endif]>Tali
utama (main line), terbuat dari bahan
serat berupa sintesis polyethylene atau dari polyamide
berupa nylon dan pada ujungnya dibuat simpul mata. Tali pengikat, adalah tali
yang berhubungan langsung dengan mata pancing, terbuat dari nylon dan pada
bagian ujungnya yang berhubungan dengan tali utama dibuat simpul utama.
<![if !supportLists]>3)
<![endif]>Mata Pancing
Mata pancing (hook) yang tidak berkait balik. Pada bagian atas mata pancing
terdapat pemberat yang terbuat dari bahan tenggelam, yaitu timah berbentuk
silinder dan dilapisi nikel sehingga berwarna mengkilap dan menarik perhatian
ikan cangkalang. Selain itu, pada sisi luar silinder terdapat cincin sebagai
tempat mengikat tali sekunder. Di bagian mata pancing dilapisi dengan guntingan
tali rapia berwarna merah yang membungkus rumbia-rumbia tali merah yang juga
berwarna sebagai umpan tiruan. Pemilihan warna merah ini disesuaikan dengan
warna ikan umpan yang juga berwarna merah sehingga menyerupai ikan umpan.
b.
Fungsi
Secara umum, fungsi alat
ini adalah untuk memancing ikan. Namun, fungsi masing-masing dari alat tangkap ini
adalah sebagai berikut :
<![if !supportLists]>1)
<![endif]>Joran/ Gandar Pancing
berfungsi sebagai tangkai yang dipegang oleh pemancing dan untuk mengikat tali
sekunder.
<![if !supportLists]>2)
<![endif]>Tali pancing
<![if !supportLists]>a) <![endif]>Tali
Sekunder berfungsi sebagai pengikat dan penguat tali utama agar tidak putus
jika mendapat beban yang cukup berat.
<![if !supportLists]>b) <![endif]>Tali
Utama berfungsi sebagai tali pengikat mata pancing yang panjangnya disesuaikan
dengan panjang joran.
<![if !supportLists]>3)
<![endif]>Mata Pancing berfungsi
sebagai alat untuk mengait ikan yang bersifat ‘sementara’ dengan rumbai-rumbai
yang berfungsi untuk menarik perhatian ikan untuk terkait oleh pancing.
c.
Dimensi
<![if !supportLists]>1)
<![endif]>Joran/Galah/Tangkai
Pancing
<![if !supportLists]>a) <![endif]>Diameter
:
<![if !supportLists]>· <![endif]>Diameter
Pangkal : 3-4 cm
<![if !supportLists]>· <![endif]>Diameter
Unjuk : 1-1,5 cm
<![if !supportLists]>b) <![endif]>Panjang : 2-3,5
m
<![if !supportLists]>2)
<![endif]>Tali pancing
<![if !supportLists]>a. <![endif]>Tali
Sekunder
<![if !supportLists]>· <![endif]>Diameter : 1,2 mm
<![if !supportLists]>· <![endif]>Panjang
: 5-10 cm
<![if !supportLists]>b. <![endif]>Tali
Utama
<![if !supportLists]>· <![endif]>Diameter : 0,2-0,5 cm
<![if !supportLists]>· <![endif]>Panjang
: 1,5-2 m
<![if !supportLists]>3)
<![endif]>Mata Pancing
<![if !supportLists]>a) <![endif]>Nomor
mata pancing : 2,5-2,8
<![if !supportLists]>b) <![endif]>Timah
<![if !supportLists]>· <![endif]>Panjang
: 2 cm
<![if !supportLists]>· <![endif]>Diameter
: 8 mm
2.1.3 Konstruksi
Monintja (1968) mengatakan bahwa pada
prinsipnya alat tangkap pole and line
terdiri dari tiga bagian yakni: tangkai pancing (pole), tali pancing (line)
dan mata pancing (hookless).
<![if !vml]>
<![endif]>
Sebagai
penangkap ikan alat ini sangat sederhana desainnya, hanya terdiri dari joran,
tali, dan mata pancing. Tetapi sesungguhnya cukup kompleks karena dalam
pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan menyambar
mangsa pada ikan (Nedeelec, 1976).
Gambar
1. Sketsa Konstruksi Pole and Line (Sumber: Google)
Secara umum alat tangkap pole and line terdiri dari joran (bambu
atau lainnya) untuk tangkai pancing,
polyethylene untuk tali pancing dan mata pancing yang tidak berkait
terbalik (Dinas Perikanan Jawa Barat, 2008). Deskripsi alat tangkap pole and line ini adalah sebagai
berikut:
<![if !supportLists]>a. <![endif]>Joran
atau galah, bagian ini terbuat dari bahan bambu yang cukup tua dan memiliki
tingkat elastisitas yang tinggi atau baik, pada umumnya digunakan bambu yang
berwarna kuning atau fibre glass.
<![if !supportLists]>b. <![endif]>Tali
sekunder, dari bahan kawat baja (wire leader). Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terputusnya tali utama dengan mata pancing sebagai akibat dari gigitan
ikan.
<![if !supportLists]>c. <![endif]>Tali
utama (main line), terbuat dari bahan sintetis polyethylene (PE) monofilament
atau multifilament yang disesuaikan dengan panjang joran yang digunakan, cara
pemancingan, tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan air.
<![if !supportLists]>d. <![endif]>Mata
pancing (hook) dimana ujungnya tidak berkait balik. Pada bagian atas
mata pancing terdapat timah berbentuk silinder dan dilapisi nikel sehingga
berwarna mengkilap sebagai daya tarik atau menarik perhatian ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis). pada pangkal tali silinder terdapat kili-kili (swivel)
sebagai mengikat untuk menghindari kekusutan pada tali. Di bagian mata pancing
potongan dari tali-tali rafia berwarna merah yang membungkus rumbai -rumbai
tali merah juga berwarna dalam hal ini sebagai umpan tiruan. Pemilihan warna merah
ini disesuaikan dengan warna ikan umpan yang berwarna merah perak sehingga
menyerupai umpan hidup yang digunakan.
2.2
Kapal Pole and Line
2.2.1 Deskripsi
Kapal pole and line umumnya telah dikenal oleh para
nelayan sebagai kapal huhate karena dilengkapi dengan bak umpan hidup (life baittank), sistem percikan air (spray water), Huhate (pole and line) dan Palkah ikan (fish hold), namun penggunaan kapal
tersebut oleh para nelayan masih secara tradisional, baik dari bentuk serta ukurannya
masih belum sempurna, oleh karena rancang bangun kapal tersebut tanpa didukung
dengan rancangan/desain yang tepat.
Kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk stream
line dan mampu berolah gerak, lincah, dan tergolong kapal
yang mempunyai speed service yaitu di atas 10 knot dengan
stabilitas yang baik untuk mengejar gerombolan ikan, yakni kapal tersebut sambil
olah gerak menangkap ikan, (Direktorat Jenderal Perikanan, 1994).
Kapal huhate pada dasarnya digunakan untuk menangkap
ikan tuna dan cakalang. Pada saat pelaksanaan penangkapan ikan nelayan atau
awak kapal berada di lambung kapal atau para-para. Khusus dilambung kapal dan
memancing ikan dengan menggunakan alat penangkap pole and line serta bersamaan
dengan adanya sistem penyemprotan air sambil menaikkan ikan jika ikan terkait
pada pancing hal ini merupakan ciri khas dari kapal huhate. Kapal huhate biasa digunakan
untuk menangkap atau memancing ikan cakalang yang terpikat dengan umpan hidup
serta semprotan air, oleh karena itu kapal huhate harus dilengkapi dengan bak
atau Palkahh penampung umpan hidup dan dibantu dengan sirkulasi air dan
dilengkapai dengan motor yang membantu untuk mengalirkan air sprayer atau
semprotan air yang fungsinya adalah untuk mengelabui gerombolan ikan cakalang
pada saat penangkapan (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 1994)
2.2.2 Bagian Kapal
a. Jenis
Menurut Malangjoedo (1978) letak dan
kayanya fishing ground yang akan
dijadikan daerah operasi penangkapan akan menentukan pula jenis dan ukuran
kapal yang akan dipergunakan. Selanjutnya dikatakan bahwa ada tiga ukuran kapal
pole and line yakni:
<![if !supportLists]>1) <![endif]>Kapal
ukuran kecil yakni 7 – 15 GT, jarak operasinya kurang dari 30 mil dan tanpa
pengawetan.
<![if !supportLists]>2) <![endif]>Kapal
ukuran sedang yakni 15 – 50 GT, jarak operasinya 30 – 50 mil dengan pengawetan
es dan lama operasinya kurang dari 5 hari.
<![if !supportLists]>3) <![endif]>Kapal
ukuran besar yakni 100 GT ke atas, lama operasinya bisa sampai 40 hari atau
lebih.
Menurut Ben-Yami, FAO, (1980)
dalam perkembangannya huhate dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kategori
yaitu:
<![if !supportLists]>1)
<![endif]>Huhate (Skipjack
Pole and line) Industri
Dalam operasi penangkapan mengunakan kapal lebih dari 100 GT, bahan terbuat
dari besi dengan dilengkapi Palkah pendingin (freezer).
<![if !supportLists]>2)
<![endif]>Huhate (Skipjack
Pole and line) Skala Besar
Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal mulai dari 10 s/d 100 GT,
kebanyakan kapal terbuat dari kayu atau fibreglass.
<![if !supportLists]>3)
<![endif]>Huhate (Skipjack
Pole and line) Skala Kecil
Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal kecil dari 5 GT yang terbuat
dari kayu atau fibreglass.
b. Fungsi
Bentuk
kapal pole and line memiliki beberapa
kekhususan antara lain :
<![if !supportLists]>1)
<![endif]>Bagian atas dek kapal bagian depan
(haluan) terdapat plataran (flat form) yang digunakan sebagai tempat
memancing.
<![if !supportLists]>2)
<![endif]>Dalam kapal terdapat palkah yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan es, penyimpanan umpan hidup dan
penyimpanan ikan hasil tangkapan.
<![if !supportLists]>3)
<![endif]>Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air (water
splinkers system ) yang dihubungkan dengan suatu
pompa yang berfungsi untuk menyemprotkan air saat memancing yang disemprotkan
setelah dengan penebaran umpan hidup agar mengelabui pandangan ikan.
c. Dimensi
<![if !supportLists]>·
<![endif]>Panjang keseluruhan
(Loa) : 17,00 meter
<![if !supportLists]>·
<![endif]>Lebar (Bmld) : 4,25 meter
<![if !supportLists]>·
<![endif]>Tinggi base Line Dek : 1,60 meter
<![if !supportLists]>·
<![endif]>Tinggi base Line Bulk
Boerk : 2,20 meter
<![if !supportLists]>·
<![endif]>Mesin Induk : Dai – dong 120 HP
<![if !supportLists]>·
<![endif]>Kapasitas BBM : 200 Liter
<![if !supportLists]>·
<![endif]>Anak Buah Kapal : 15 Orang
<![if !supportLists]>·
<![endif]>Kecepatan Rencana : 12 Knot
Ayodhyoa (1972) mengemukakan bahwa kapal ikan
mempunyai jenis dan bentuk yang beraneka ragam, dikarenakan tujuan usaha
keadaan perairan dan lain sebagainya, yang dengan demikian bentuk usaha itu
akan menentukan bentuk dari kapal ikan. Ukuran utama kapal terdiri dari panjang
kapal (L), lebar kapal (B), tinggi kapal (D), dan draft (d). Besar kecilnya
ukuran utama kapal berpengaruh pada kemampuan (ability) suatu kapal
dalam melakukan pelayaran atau operasi penangkapan, dimana:
<![if !supportLists]>1)
<![endif]>Nilai L (panjang), erat hubungannya
dengan interior arrangement, seperti letak kamar mesin, tangki
bahan bakar, tangki air tawar, Palkah, kamar ABK, perlengkapan alat tangkap dan
peralatan lainnya.
<![if !supportLists]>2)
<![endif]>Nilai B (lebar), berhubungan dengan
stabilitas dan daya dorong kapal.
<![if !supportLists]>3)
<![endif]>Nilai D (dalam/tinggi), berhubungan erat
dengan tempat penyimpanan barang dan stabilitas kapal.
<![if !vml]>
<![endif]>
2.2.3 Konstruksi
Gambar
2. Sketsa Konstruksi Kapal Pole and Line (Sumber : Google)
<![if !vml]><![endif]>
Gambar
3. Konstruksi Kapal Tampak Samping dan Bawah
(Sumber : < http://artabumipersada.wordpress.com/model-design/pole-and-line/>
[11/10/2014])
<![if !vml]><![endif]>
Gambar
4. Konstruksi Kapal Tampak Atas
(Sumber : < http://artabumipersada.wordpress.com/model-design/pole-and-line/>
[11/10/2014])
Terdiri
dari ruang kemudi kapal, ruang mesin, ruang tempat tidur ABK, Palkah umpan
hidup, ruang dapur, Palkah untuk menyimpan hasil tangkapan, dan Palkah tempat
penyimpanan es.
Palkah umpan hidup harus mempunyai
sistem sirkulasi air yang baik agar umpan dapat tetap hidup dalam jangka waktu
yang lama dengan mortalitas yang sedikit. Palkah umpan hidup diberi lubang
sebanyak 18 buah yang terdiri dari 6 lubang samping atas, 12 lubang pada bagian
bawah untuk saluran pengeluaran air,
serta 2 buah untuk saluran pemasukan air. Pada lubang pemasukan air dilengkapi
dengan belahan bambu untuk memperlancar masuknya air. Jika kita perhatikan
konstruksi Palkah umpan hidup, maka terdapat kelemahan dalam mempertahankan
sirkulasi air. Kelemahannya ialah kapal harus tetap dijalankan terus agar umpan
bisa tetap bertahan hidup.
Kapal pole and line mempunyai jam operasi yang lama, sehingga dilengkapi
dengan tempat penampungan ikan hasil tangkapan dan tempat penyimpanan es balok.
Tempat penampungan ini pada umumnya berjumlah satu buah dengan kapasitas
maksimum 6 ton. Tempat penampungan tersebut terbuat dari papan berbentuk empat
persegi panjang, terletak pada bagian depan ruang kemudi, sedangkan untuk
penyimpanan es balok terbuat dari plat logam besi yang berbentuk empat persegi
panjang dan terletak pada bagian depan haluan dekat tiang kapal, kapasitas
maksimum tempat penyimpanan es ialah sekitar 300 kg.
2.3
Alat Bantu Penangkapan
Kapal pole and line memilki alat
bantu penangkapan dalam operasi penangkapan ikan cakalang antara lain ;
a) Pila-Pila
Pila-pila digunakan
sebagai tempat para pemancing (awak kapal) yang letaknya pada lambung, haluan
dan buritan kapal.
b) Pipa Penyemprot Air
Pipa penyemprot
digunakan untuk menyemprot air ke permukaan air di sekitar kapal dengan posisi
pada gerombolan ikan. Tujuan dari penyemprotan air tersebut adalah untuk mengelabui
ikan-ikan yang berada di permukaan air yang terdapat gerombolan ikan di dekat kapal. Pipa
penyemprot ditempatkan di sepanjang pila-pila atau sekeliling lambung kapal,
bahan yang digunakan pila pila dari bahan paralon atau dari pipa besi pada ujungnya
dipasang kran, dengan diameter pipa 3,5 inchi. Tekanan penyemprotan air
tersebut dilengkapi dengan pompa air (water pump).
c) Bak umpan
Untuk
mempertahankan ikan umpan tetap hidup saat digunakan, maka memerlukan tempat
atau bak. Pada bak umpan tersebut dilengkapi dengan lampu penerangan dengan
masing-masing bak 50 watt. Fungsi dari lampu penerangan tersebut adalah
ikan-ikan sebagai umpan dapat berkelompok atau bergerombol dan tidak berenang
secara liar, akibat dari tidak diberikan lampu tersebut antar ikan-ikan sering
bergerak secara tidak menentu, maka ikan saling bertubrukan yang akan membuat
ikan umpan tersebut rusak akhirnya liar tidak dapat digunakan pada saat operasi
penangkapan ikan atau waktu pemancingan.